Rabu, 15 Februari 2012

Cerita Indah Stoner Tidak Berlaku Untuk Valentino Rossi Diducati

Legenda MotoGP Mick Doohan memberikan opininya terkait performa buruk Valentino Rossi bersama Ducati. Mantan juara dunia asal Australia ini menilai, Rossi masih kalah tangguh dibanding Stoner dalam hal menjinakkan motor.
Dengan rekor fantastis saat memenangi lima musim beruntun di kelas 500cc dan memenangi 54 Grand Prix, Doohan termasuk salah satu orang yang mengerti betul soal mental yang dibutuhkan seorang pembalap untuk jadi yang terbaik. Dia juga tahu betul bagaimana cara mempertahankan performa puncak di kelasnya pada ‘raja’ (MotoGP).
Dalam kesempatan ini, pembalap yang mengecap sukses bersama Honda ini memberikan sedikit pandangannya terkait performa buruk The Doctor pada musim perdananya bersama Ducati. Dia lantas membandingkannya dengan performa ciamik rekan senegaranya, Casey Stoner saat pertama kali menunggangi Desmosedici.
Pada 2007, Stoner diketahui memulai debutnya bersama Ducati. Kesan positif pun langsung diberikannya dengan memenangi seri perdana di Qatar. Stoner bahkan mampu melanjutkan sensasinya dengan memenangi delapan seri selanjutnya (total 9 seri) dan kemudian merebut gelar juara perdana di tim barunya itu.
Namun, cerita indah Stoner tidak berlaku untuk Valentino Rossi. Peraih sembilan gelar juara dunia ini justru menuai hasil buruk saat memutuskan meninggalkan Yamaha dan bergabung dengan tim asal tanah kelahirannya tersebut (Ducati). Sejauh ini Rossi belum sekali pun meraih kemenangan.
Pencapaian terbaik sang ‘megabintang’ musim lalu hanya finish ketiga di Grand Prix Le Mans, Prancis. Alhasil, Rossi bercokol di urutan tujuh klasemen akhir musim 2011, dengan terpaut 161 poin dari Stoner yang mengamankan gelar keduanya atau yang pertama bersama Honda pada MotoGP Australia.
“Dalam beberapa tahun terakhir, menurut saya hanya Stoner satu-satunya pembalap yang secara konsisten mampu meraih hasil (bagus) bersama Ducati,” tutur Doohan sebagaimana dikutip situs resmi MotoGP.
Usai meraih gelar juara dunia di musim perdananya bersama Ducati (2007), Stoner memang gagal melanjutkannya di tiga musim berikutnya di mana dia hanya mampu tampil sebagai runner-up (2008) dan menempati peringkat empat di dua musim berikutnya (2009 dan 2010).
“Meskipun dia (Stoner) tidak memenangkan kejuaraan dalam beberapa tahun terakhir (2008-2010), tapi ini sudah cukup jelas menggambarkan betapa tangguhnya dia,” sambung Doohan memuji kapasitas Stoner yang mampu menjinakkan mesin ganas Desmosedici dan membawanya tampil kompetitif.
“Saya kira menjelang akhir kariernya di Ducati, Stoner mengendarai motor melebihi kemampuannya. Ini membuatnya jadi sering melakukan kesalahan, sehingga membuatnya sering terhempas,” imbuhnya seraya menilai Stoner terlalu memaksakan gaya balapnya yang agresif.
“Saya kira hal serupa juga terjadi pada Rossi (saat ini). Dia memang lebih sedikit mengalami kecelakaan dan telah menyadari bahwa riding position-nya tidak cocok dengan karakter motor yang bila dipaksakan hanya akan membuatnya sering mengalami kecelakaan,” tambahnya.
“Rossi memang masih mencoba tenang dan mengatakan akan mencoba memperbaiki motor. Namun, berbicara memang lebih mudah ketimbang merealisasikan ambisi mengantar Ducati kembali ke jalur kemenangan,” pungkasnya meragukan kapasitas Rossi untuk membantu mekanik Ducati dalam mengembangkan motor.
Terakhir, Doohan juga memberikan prediksinya terkait performa Rossi di musim 2012. Sebelumnya pro-kontra terus terjadi terkait performa pembalap veteran Italia tersebut di musim depan. Ada yang optimistis Rossi akan bangkit, namun tak jarang juga yang menuding bila era keemasan Rossi telah berakhir.
“Sulit untuk mengatakannya (prediksi). Rossi telah cukup lama berkecimpung di olahraga ini dan telah mengecap sejumlah prestasi di berbagai kelas (125, 250cc dan MotoGP). Kini, tinggal bagaimana dia melupakan pengaruh (komentar miring) dari luar,” tutup Doohan memberikan sedikit kiat.

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger

Calender MotoGP 2011

Berita Populer