Legenda MotoGP Mick Doohan memberikan opininya terkait performa buruk
Valentino Rossi bersama Ducati. Mantan juara dunia asal Australia ini
menilai, Rossi masih kalah tangguh dibanding Stoner dalam hal
menjinakkan motor.
Dengan rekor fantastis saat memenangi lima musim beruntun di kelas
500cc dan memenangi 54 Grand Prix, Doohan termasuk salah satu orang yang
mengerti betul soal mental yang dibutuhkan seorang pembalap untuk jadi
yang terbaik. Dia juga tahu betul bagaimana cara mempertahankan performa
puncak di kelasnya pada ‘raja’ (MotoGP).
Dalam kesempatan ini, pembalap yang mengecap sukses bersama Honda ini
memberikan sedikit pandangannya terkait performa buruk The Doctor pada
musim perdananya bersama Ducati. Dia lantas membandingkannya dengan
performa ciamik rekan senegaranya, Casey Stoner saat pertama kali
menunggangi Desmosedici.
Pada 2007, Stoner diketahui memulai debutnya bersama Ducati. Kesan
positif pun langsung diberikannya dengan memenangi seri perdana di
Qatar. Stoner bahkan mampu melanjutkan sensasinya dengan memenangi
delapan seri selanjutnya (total 9 seri) dan kemudian merebut gelar juara
perdana di tim barunya itu.
Namun, cerita indah Stoner tidak berlaku untuk Valentino Rossi.
Peraih sembilan gelar juara dunia ini justru menuai hasil buruk saat
memutuskan meninggalkan Yamaha dan bergabung dengan tim asal tanah
kelahirannya tersebut (Ducati). Sejauh ini Rossi belum sekali pun meraih
kemenangan.
Pencapaian terbaik sang ‘megabintang’ musim lalu hanya finish ketiga
di Grand Prix Le Mans, Prancis. Alhasil, Rossi bercokol di urutan tujuh
klasemen akhir musim 2011, dengan terpaut 161 poin dari Stoner yang
mengamankan gelar keduanya atau yang pertama bersama Honda pada MotoGP
Australia.
“Dalam beberapa tahun terakhir, menurut saya hanya Stoner
satu-satunya pembalap yang secara konsisten mampu meraih hasil (bagus)
bersama Ducati,” tutur Doohan sebagaimana dikutip situs resmi MotoGP.
Usai meraih gelar juara dunia di musim perdananya bersama Ducati
(2007), Stoner memang gagal melanjutkannya di tiga musim berikutnya di
mana dia hanya mampu tampil sebagai runner-up (2008) dan menempati
peringkat empat di dua musim berikutnya (2009 dan 2010).
“Meskipun dia (Stoner) tidak memenangkan kejuaraan dalam beberapa
tahun terakhir (2008-2010), tapi ini sudah cukup jelas menggambarkan
betapa tangguhnya dia,” sambung Doohan memuji kapasitas Stoner yang
mampu menjinakkan mesin ganas Desmosedici dan membawanya tampil
kompetitif.
“Saya kira menjelang akhir kariernya di Ducati, Stoner mengendarai
motor melebihi kemampuannya. Ini membuatnya jadi sering melakukan
kesalahan, sehingga membuatnya sering terhempas,” imbuhnya seraya
menilai Stoner terlalu memaksakan gaya balapnya yang agresif.
“Saya kira hal serupa juga terjadi pada Rossi (saat ini). Dia memang
lebih sedikit mengalami kecelakaan dan telah menyadari bahwa riding
position-nya tidak cocok dengan karakter motor yang bila dipaksakan
hanya akan membuatnya sering mengalami kecelakaan,” tambahnya.
“Rossi memang masih mencoba tenang dan mengatakan akan mencoba
memperbaiki motor. Namun, berbicara memang lebih mudah ketimbang
merealisasikan ambisi mengantar Ducati kembali ke jalur kemenangan,”
pungkasnya meragukan kapasitas Rossi untuk membantu mekanik Ducati dalam
mengembangkan motor.
Terakhir, Doohan juga memberikan prediksinya terkait performa Rossi
di musim 2012. Sebelumnya pro-kontra terus terjadi terkait performa
pembalap veteran Italia tersebut di musim depan. Ada yang optimistis
Rossi akan bangkit, namun tak jarang juga yang menuding bila era
keemasan Rossi telah berakhir.
“Sulit untuk mengatakannya (prediksi). Rossi telah cukup lama
berkecimpung di olahraga ini dan telah mengecap sejumlah prestasi di
berbagai kelas (125, 250cc dan MotoGP). Kini, tinggal bagaimana dia
melupakan pengaruh (komentar miring) dari luar,” tutup Doohan memberikan
sedikit kiat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar